Sukmawati Minta Maaf dan Banyak Cara Mencintai Indonesia
Sukmawati Soekarnoputri berjalan usai konferensi pers di Warung Daun,
Cikini, Jakarta, Rabu (4/4). Dalam konferensi pers tersebut Sukmawati
Soekarnoputri menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh umat Islam
terkait puisinya yang kontroversial.
Salah satu putri presiden pertama RI Sukarno, Sukmawati Soekarnoputri
akhirnya memberikan tanggapan atas puisi karyanya bertajuk “Ibu
Indonesia” yang menuai pro-kontra dan dinamika. Ia pribadi mengaku tidak
memiliki niat menghina umat Islam Indonesia dengan puisi yang
dibacakannya dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di ajang
Indonesia Fashion Week 2018 pada Kamis (29/3).
Sukmawati mengatakan, ia adalah putri seorang proklamator Bung Karno
yang dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah dan tokoh yang mendapatkan gelar
dari Nadhlatul Ulama sebagai Waliyul Amri Ad Dharuri Bi Assyaukah
(pemimpin pemerintahan di masa darurat yang kebijakan-kebijakannya
mengikat secara de facto dengan kekuasaan penuh). Di sela pernyataannya, Sukmawati meminta maaf sembari menangis.
"Dari
lubuk hati paling dalam, saya mohon maaf lahir dan batin kepada umat
Islam Indonesia," ujarnya saat konferensi pers di kawasan Cikini,
Jakarta, Rabu (4/4).
Sukmawati juga menjelaskan, ia adalah
seorang Muslimah yang bersyukur dan bangga akan keislamannya. Dengan
posisi dan penghargaan tersebut, ia ingin menyampaikan bahwa tidak ada
rencana ataupun niat sama sekali untuk mencela dan menghina umat Islam
seperti yang ditujukan ke dirinya beberapa hari terakhir.
Perempuan
berusia 67 tahun itu juga menyampaikan permohonan maaf kepada desainer
Anne Avantie dan keluarga. "Saya sampaikan apresiasi dan terima kasih
kepada seluruh perancang busana Indonesia agar tetap berkreasi dan
produktif," ucap Sukmawati.
Puisi yang dibacakan Sukmawati
telah beredar luas di dunia maya setelah dibacakan di ajang peragaan
busana. Setelah sepekan tidak memberikan klarifikasi atau konfirmasi,
Sukmawati akhirnya memberikan pernyataan. Namun, meski pernyataan maaf
sudah terlontar dari Sukmawati, laporan dari masyarakat ke polisi soal
puisi itu terus berlanjut. Polri pun menyatakan akan menindaklanjuti
laporan tersebut.
Selain memproses dengan mengumpulkan bukti, saksi, dan keterangan ahli, polisi juga mempertimbangkan opsi restorative justice dalam kasus pembacaan puisi oleh putri proklamator Sukarno dalam gelaran Indonesia Fashion Week, Kamis (29/3), itu
"Tindak lanjut ada beberapa hal, yaitu kita lihat perkembangan apa ini bisa masuk dalam proses restorative justice,
istilah kita, dari beberapa pihak yang bisa diselesaikan perkaranya
tanpa masuk pengadilan," ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri
Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto.
Kendati demikian,
bila dalam prosesnya kasus pembacaan puisi berjudul “Ibu Indonesia” itu
memenuhi unsur pidana, polisi siap melakukan proses tersebut. Hal itu
dilakukan bila bukti dan keterangan yang didapatkan penyidik memenuhi
unsur. "Kalau memang harus di pengadilan, kita proses sesuai aturan yang
berlaku," ujar Setyo.
Sejauh ini, polisi masih melakukan penyelidikan. Polisi masih mencari
barang bukti, saksi, serta mengumpulkan keterangan, termasuk keterangan
ahli. "Ya, nanti makanya diselidiki dulu. Kalau memenuhi unsur, baru
meningkat jadi proses selanjutnya," ujarnya.
"Kewajiban kita adalah melakukan penyelidikan, artinya kita kumpulkan
barang bukti dulu kemudian kita tindak lanjuti," ujar Setyo lagi.
Ada Banyak Cara Baik Cinta Indonesia
Puisi
berjudul “Ibu Indonesia” yang dibacakan Sukmawati Soekarnoputri dalam
acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018 di
Jakarta pekan lalu menimbulkan reaksi yang beragam di kalangan anggota
parlemen. Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini menilai ada banyak cara untuk
mengekspresikan kecintaan terhadap Indonesia.
"Kita harus
menghormati seluruh budaya di Indonesia, tetapi mencintai Indonesia
tidak harus menghina simbol agama di Indonesia," kata Jazuli, Rabu
(4/4).
Menurut Jazuli, tidak seharusnya seseorang
mempertentangkan antara budaya dengan agama, terlebih lagi Sukmawati
adalah putri dari Presiden Sukarno. Sebab, jika dilihat dari sejarah
bangsa Indonesia, pekikan suara azan turut mengantarkan Indonesia meraih
kemerdekaan.
"Azan yang ada bagian dari implementasi dari
dasar negara kita Pancasila dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Di UUD 45,
berkat rahmat Tuhan YME kita bisa merdeka," ujarnya.
Ia
khawatir puisi Sukmawati tersebut akan menimbulkan dampak besar seperti
apa yang terjadi dengan mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok). "Ahok sudah cukup jadi pelajaran. Jangan buka lagi
peluang kegaduhan baru yang akan mengganggu stabilitas nasional,"
ungkapnya.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menilai
Sukmawati tak berniat melecehkan atau menghina agama Islam. Ia pun
mengaku mengenal putri Bung Karno tersebut cukup baik.
"Saya
yakin, saya meyakini betul, saya mengenal Bu Sukma cukup baik dan saya
yakin betul tidak ada iktikad atau niatan sedikit pun dari beliau untuk
melecehkan atau menghina. Beliau itu beragama Islam," ujar Lukman.
Lukman
juga mengaku telah berkomunikasi dengan Sukmawati terkait puisinya
tersebut. Dari komunikasi tersebut, ia yakin Sukmawati tak memiliki niat
untuk menyakiti umat Islam maupun melecehkan.
"Saya
meyakini sepenuhnya bahwa tidak ada iktikad sekecil atau sedikit pun
dari beliau untuk, katakanlah, menyakiti umat Islam atau melecehkan,
apalagi menghina dan lain sebagainya dari puisi yang beliau buat," kata
Lukman.
(Febrianto adi saputro, adinda pryanka, dessy suciati saputri, Pengolah: muhammad hafil).